Saat Rasulullah tinggal di Makkah, ada seorang Yahudi yang bekerja
sebagai pengemis di ujung pasar. Meskipun pengemis itu buta tapi ia
selalu berkata pada orang yang dilalui Rasulullah agar tidak mendekati
Rasulullah. Ia beralasan bahwa Nabi adalah tukang sihir, gila, dan
pembohong. Jika mereka mendekati Nabi maka mereka akan terpengaruh.

Kisah pengemis buta penghina Rasulullah akan memberikan kita banyak
pelajaran dalam kehidupan. Meskipun banyak hinaan dan cacian yang
dilontarkan pada Nabi Muhammad SAW, Beliau tetap bersabar dan tidak
pernah marah atas perilaku orang yang menghinanya. Setiap perilaku
Rasulullah ini dapat dijadikan sebagai contoh agar mendapat ridho Allah.
Tiap pagi, Nabi pergi menuju ujung pasar dan membawa makanan yang akan
diberikan pada pengemis buta itu. Rasulullah lalu menyuapi pengemis buta
itu, meskipun pengemis itu selalu menghinanya dan mencacinya di hadapan
orang banyak.
Hingga akhirnya Nabi wafat sehingga tidak ada lagi orang yang memberi
dan menyuapi makan sang pengemis. Pada suatu hari, Abu Bakar mendatangi
rumah anaknya, yakni Aisyah r.a. Ia menanyakan apakah ada sunnah Rasul
yang belum ia kerjakan.
Kemudian Aisyah r.a menjawab pertanyaan tersebut. Ia berkata bahwa Abu
Bakar adalah ahli sunnah hingga tidak adasatu sunnah pun yang tertinggal
untuk dilakukan. Namun, terdapat satu sunnah yang belum ia kerjakan.
Abu bakar menanyakan apakah sunnah itu? Aisyah menjelaskan bahwa setiap
pagi Rasulullah SAW selalu pergi menuju ujung pasar sambil membawakan
makanan untuk pengemis buta dari Yahudi yang ada di pasar tersebut.
Setelah mendengarkan hal tersebut, Abu Bakar kemudian melakukan
kebiasaan Rasul dengan memberikan makanan pada pengemis Yahudi buta di
ujung pasar. Namun, pengemis itu justru membentak Abu Bakar. Pengemis
itu bertanya dengan nada tinggi siapakah orang yang memberinya makan.
Abu Bakar menjawab jika ia adalah orang yang biasa menyuapinya.
Pengemis itu pun menentang bahwa Abu Bakar bukanlah orang yang biasa
menyuapinya. Apabila orang yang biasa mendatanginya memberikan dan
menyuapi makanan pada pengemis itu, maka ia tidak akan kesusahan dalam
mengunyah dan menelannya. Hal ini dikarenakan, orang tersebut telah
mengunyahnya terlebih dahulu di mulutnya kemudian diberikan pada
pengemis yang sudah tua itu.
Setelah mendengar penjelasan pengemis itu, Abu Bakar pun terharu dan
tidak dapat menahan tangis dan akhirnya ia menangis di hadapan pengemis
tersebut. Mengetahui hal tersebut, pengemis itu menangis sambil
meyakinkan bahwa memang orang tersebut adalah Nabi. Beliau selalu
membawakan makan setiap paginya. Bahkan beliau menyuapi dengan rasa
ikhlas dan tulus. Padahal pengemis itu selalu memfitnahnya, menghinanya,
tapi tetap saja Rasul tidak pernah memarahinya. Pada saat itu pula,
pengemis buta mengucapkan syahadat di depan Abu Bakar.
Kisah Rasulullah dengan pengemis buta di atas mengajarkan pada kita
untuk selalu berbuat baik pada siapa saja, meskipun orang tersebut telah
berbuat jahat pada kita. Banyak orang yang telah mencaci beliau, bahkan
menyakiti beliau secara fisik. Tapi beliau memiliki hati yang sangat
mulia sehingga beliau berbuat baik tanpa pandang bulu. Perilaku ini
dapat kita jadikan contoh dalam hidup sehari-hari. Tanggung jawab kita
hanya pada Allah sehingga apa yang kita lakukan hendaknya menuju ridho
Allah. Oleh karena itu, berbuat baiklah pada setiap orang, maka kita
akan mendapatkan manfaatnya.